Pemalsu Minuman Anggur Mewah Asal Indonesia "Rudy Kurniawan di Deportasi dari AS

 Washington DC - Pejabat imigrasi Amerika Serikat (AS) mengatakan, Selasa (13/4/2021), seorang pria di California yang pernah menipu para kolektor anggur jutaan buck dengan menjual minuman keras murahan yang diisikan ke botol baru di dapurnya telah dideportasi ke negara asalnya, Indonesia.


Badan Bea Cukai dan Penegakan Imigrasi AS (UNITED STATE Immigration and Custom Enforcement/ICE) mengatakan dalam pernyataannya bahwa Rudy Kurniawan, 44 tahun, dideportasi minggu lalu dengan penerbangan komersial dari Bandara Internasional Dallas/Fort Well Worth.

Kurniawan tiba di Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, pada Jumat (9/4/2021). "Dia merupakan ancaman keamanan publik karena kejahatannya yang semakin parah," kata pernyataan itu.

Kurniawan datang ke AS dengan visa pelajar pada 1990-an. Pihak berwenang mengatakan dia tidak berhasil mencari suaka politik dan diperintahkan untuk meninggalkan Amerika secara sukarela pada 2003, tetapi tetap tinggal secara ilegal.

Kurniawan, yang keluarganya kaya raya karena menjalankan bisnis supplier bir di Indonesia, dijatuhi hukuman karena penipuan pada 2013 di pengadilan federal New York dan mendekam tujuh tahun di penjara.

Dia dideportasi setelah dibebaskan dari penjara ke tahanan imigrasi November lalu. Dalam operasi yang mencoreng citra industri anggur, jaksa penuntut dalam sidang di New York mengatakan Kurniawan meraup jutaan dolar dari 2004 hingga 2012 dengan memasukkan anggur Napa dan Wine red yang lebih murah ke dalam botol palsu di rumahnya di Arcadia, pinggiran Los Angeles.

Penipuan itu diceritakan dalam movie dokumenter Netflix 2016, "Sour Grapes" ("Anggur Asam") dan dalam episode televisi ABC "The Disadvantage" (Sang Penipu") pada bulan Maret.
Persidangan Kurniawan menampilkan kesaksian dari miliarder pemilik kapal pesiar, pengusaha dan capitalist anggur, William Koch, yang mengatakan dia ditipu oleh Kurniawan dengan membayar 2,1 dollar AS (Rp 30,6 miliar) juta untuk 219 botol anggur palsu.

Seorang ahli anggur bersaksi bahwa ada 19 ribu label botol anggur palsu untuk 27 jenis wine terbaik dunia disita dari rumah Kurniawan.

Biro Penyelidik Federal (Federal Bureau of Investigation/FBI) menemukan ratusan botol, gabus, dan stempel ketika melakukan penggerebekan di rumahnya pada 2012.

Kurniawan membangun reputasi sebagai pembeli dan penjual anggur langka dan meraup puluhan juta dolar pada lelang anggur.

Kolektor lain menjulukinya "Dr. Conti" karena kecintaannya pada anggur Wine red, Domaine de la Romanée-Conti. Dalam satu lelang pada 2006, Kurniawan menjual anggur senilai 24,7 juta dollar AS (Rp 360,7 miliar), rekor untuk satu penerima barang.

Namun, skema penipuan tersebut mulai terurai setelah beberapa kiriman yang diajukannya untuk dilelang ternyata palsu.

Pada 2007, rumah lelang Christie di Los Angeles membatalkan lelang apa yang seharusnya menjadi botol-botol besar Château Le Pin tahun 1982, setelah perusahaan itu mengatakan botol-botol tersebut palsu.

Pada 2008, 22 lot anggur Domaine Ponsot senilai lebih dari 600 ribu dollar AS (Rp 8,7 miliar) ditarik dari penjualan di tengah munculnya sejumlah pertanyaan tentang keasliannya.

Satu botol Domaine Ponsot yang hendak dijual oleh Kurniawan dalam lelang pada 2008 dinyatakan dibuat pada 1929, padahal pembuat anggur tersebut belum mulai pembotolan anggur dari perkebunannya sampai 1934.

Yang existed diaku telah dibotolkan di kebun anggur tertentu antara 1945 dan 1971, meskipun Domaine Ponsot mengatakan bahwa mereka belum mulai menggunakan kebun anggur itu sampai 1982.

Jaksa penuntut mengatakan Rudy Kurniawan juga pernah mengirimkan lebih banyak magnum dari Château Lafleur tahun 1947 ke pelelangan daripada jumlah yang sebenarnya pernah diproduksi.

Secara keseluruhan, Kurniawan mungkin telah menjual sebanyak 12 ribu botol anggur palsu, banyak di antaranya mungkin masih menjadi koleksi para kolektor.

Jaksa penuntut mengatakan uang dari penipuan itu digunakan untuk membiayai gaya hidup mewah di pinggiran Kota Los Angeles, termasuk Lamborghini dan mobil-mobil mewah lainnya, pakaian desainer, serta makanan dan minuman mewah.

Pemerintah Amerika menyita asetnya. Dalam vonisnya, Kurniawan diperintahkan untuk membayar 28,4 juta dollar AS (Rp 414,7 miliar) sebagai ganti rugi kepada tujuh korban dan denda 20 juta buck AS (Rp 292,1 miliar) dalam bentuk properti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jika Anda Ingin Sukses, Anda Bisa Menghindari 7 Hal Buruk Dalam Mengatur Keuangan

Terkait Isu Bisnis Tes PCR, Kadin Ajak Semua Pihak Untuk Lakukan Konstruktif Polemik Tes PCR